Merupakan suatu
penyakit yang disebabkan oleh bakteri,
yang menyerang pada pernafasan. Penyakit ini bersifat sangat infeksius &
terutama menyerang saluran pernafasan bagian atas. Snot mempunyai arti ekonomis yang penting
dalam industri perunggasan sehubungan dengan peningkatan jumlah ayam di afkir,
penurunan berat bada, penurunan produksi telur (10%-40%), dan peningkatan biaya
pengobatan.
A.
Kejadian penyakit
Penyakit ini dapat di temukan di berbagai
daerah, hampir pada setiap periode pemeliharaan ayam (ayam broiler/ petelur).
Kasus snot terutama ditemukan pada saat pergantian musim(kemarau ke hujan atau
sebaliknya) atau selama periode curah hujan tinggi. Penyakit ini sulit dihilangkan karena faktor
pendukungnya sulit untuk dihilangkan, sehubungan kondisi managemen peternakan
& cuaca di Indonesia, misalnya sistem perkandangan (ventilasi kurang
memadai, jarak kandang sempit, kepadatan kandang, & kadar amoniak yang
tinggi), umur ayam yang bervariasi dalam satu lokasi & fluktuasi temperatur
& kelembaban yang cenderung tinggi.
B.
Eiologi
Penyakit ini disebabkan oleh haemophilus paragallinarum, yang
merupakan bakteri gram-negatif, yang berbentuk batang pendek atau cocobacilli, tercat poolar, non-mortil,
tidak membentuk spora, fakultatif anaerobe
dan membentuk faktor – V.
C.
Cara penularan
Penyakit ini ditularkan oleh burung Merak,
ayam Mutiara, burung Puyuh. Penularan hanya terjadi secara Horizontal.
Infectious coryza terutama ditemukan pada saat pergantian musim/ berhubungan
dengan adanya berbagai jenis stres, misal akibat cuaca, lingkungan kandang,
nutrisi, perlakuan vaksinasi & penyakit imunosupresif.
D.
Gejala klinik
Penyakit ini dapat ditemukan pada ayam semua umur, sejak umur 3 minggu sampai
masa produksi. Ayam dewasa cenderung bereaksi lebih parah di banding ayam muda.
Penyakit ini tersifat oleh masa inkubasi yang pendek, antara 24 – 48 jam,
kadang kadang sampai 72 jam, dengan proses penyakit yang dapat berlangsung 6 –
14 hari, tetapi dapat juga berlangsung
beberapa bulan (2-3 bulan). Pada ayam dewasa, masa inkubasi biasanya lebih
pendek, tetapi proses penyakitnya cenderung lebih lama.
Gejala yang paling awal adalah bersin, yang
diikuti oleh adanya eksudat seru sampai mukoid dari rongga hidung ataupun mata.
Jika proses penyakit berlanjut, maka cairan encer menjadi kental(mukopurulen
sampai purulen) & berbau busuk/ tidak sedap & bercampur dengan kotoran/
sisa pakan. Kumpulan eksudat tersebut menyebabkan pembekakan pada daerah fasial
& sekitar mata (apabila di raba akan terasa empuk). Ayam yang sembuh akan
mempunyai kekebalan tertentu terhadap infeksi ulang.
E.
Penanggulangan
1.
Pengobatan
Penggunaan obat dalam bentuk
kombinasi yang bersifat sinergestik atau obat golongan flumekuin maupun
kuinolon lebih menjanjikan, daripada jenis antibiotik / antibakteri. Di
samping pemberian obat, maka diperlukan
juga rehabilitasi pada jaringan yang rusak dengan pemberian multivitamin
ataupun peningkatan nilai nutrien dari pakan; menghilangkan faktor pendukung terjadinya snot dan tindakan
sanitasi/ desinfeksi untuk menghilangkan sumber infeksi.
2.
Pengendalian dan pencegahan
Faktor pengamanan biologis yang ketat perlu dipertahankan, misalnya
sanitasi/ desinfeksi yang ketat, sistem perkandangan yang memadai dan istirahat
kandang yang cukup (sekitar 2 minggu).
Penyakit
ini dapat dicegah dengan pemberian vaksin inaktif sekitar umur 8-11 minggu dan
3-4 minggu sebelum produksi (sekitar umur 17 minggu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar